Tuesday, July 23, 2013

Si Pemanis dalam Pertemanan: Perbedaan

Saya mempunyai seorang teman perempuan yang terbilang unik. Dengan segala kelebihan dan kekurangan yang ada pada diri dia, hingga saat ini kami masih berteman baik.

Pertama kali kami saling mengenal adalah saat kami duduk di kelas X, selain karena kami belajar di kelas yang sama, juga karena kami mengambil ekstrakurikuler yang sama, yaitu angklung.

Sejak kelas X, setiap kali ditanya mau mengambil jurusan apa saat kuliah nanti, ia selalu menjawab kedokteran gigi. Bukan hanya karena ingin memiliki profesi yang sama dengan ibunya, yaitu dokter gigi yang membuka praktik di rumah, namun lebih mulia, karena ia ingin dapat menggantikan ibunya menjadi dokter gigi, sehingga ibunya tidak lagi perlu bekerja dan dapat beristirahat.

Sedangkan saya, sempat beberapa kali mengganti pilihan ketika ditanya mau mengambil jurusan saat kuliah kelak, sebelum akhirnya benar-benar secara tegas memilih sosiologi.

Saya sempat dianjurkan oleh ayah saya untuk memilih sastra Indonesia ataupun sastra Inggris sabagai jurusan saat kuliah nanti, karena sejak lama saya memang sudah suka membaca dan terkadang menulis. Ketika hal ini saya ceritakan kepada teman saya tersebut, ia merasa kurang setuju dengan dua pilihan jurusan tersebut. Ia merasa apa yang menjadi pilihan saya itu akan kurang berguna, terutama dalam hal prospek kerja. Menurutnya, jika memang ingin belajar sastra tidak harus mengambil jurusan sastra saat kuliah, bisa juga dengan mengambil kelas di tempat kursus bahasa. Ia juga berpendapat bahwa lebih baik memilih jurusan yang bisa memberikan keahlian khusus yang jelas, seperti memilih kedokteran. Saya tidak setuju dengan pendapatnya saat itu, karena menurut saya dan ayah saya, menuntut ilmu bukan sekadar untuk mendapat pekerjaan, namun lebih jauh lagi, untuk bekal masa depan.

Kemudian, ketika akhirnya saya dengan mantap memilih sosiologi untuk menjadi jurusan saya ketika kuliah nanti, ia tetap tidak setuju. Alasannya kurang lebih sama seperti sebelumnya, mau jadi apa nanti setelah lulus? Kalau bisa dibilang, saya benar-benar gemas dengan pendapatnya mengenai pilihan saya. Terkadang saya berpikir, orang tua saya saja mengizinkan saya untuk memilih apa yang menjadi minat saya, kenapa dia begitu menentang dan terkesan tidak suka?

Namun, saya tetap terus melangkah untuk meraih apa yang menjadi pilihan saya. Dan kami pun tetap berteman dengan baik walau memiliki pandangan yang berbeda dalam urusan jurusan untuk kuliah kelak. Karena di luar hal tersebut, kami juga memiliki kesamaan pendapat, seperti mengenai masalah keadilan di negeri ini, yang sering menjadi topik perbincangan kami.

Baginya dan juga bagi saya saat ini, pertemanan bukanlah melulu mengenai pendapat yang seragam mengenai semua hal. Yang lebih penting adalah bagaimana mengolah perbedaan yang ada agar tidak saling berbenturan dan justru dapat menciptakan sikap saling menghargai, juga saling mengingatkan, apabila salah satu pihak melakukan kekeliruan atau kealpaan.

Ada satu peristiwa kecil yang beberapa waktu lalu terjadi dan selalu melekat di hati saya. Jadi, setelah saya alhamdulillah berhasil masuk jurusan yang saya inginkan, yaitu sosiologi, teman saya tersebut memberikan hadiah untuk saya, yaitu sebuah buku. Ia memang tahu bahwa saya sangat suka membaca buku, namun yang membuat saya lebih terharu adalah saat saya tahu buku apa yang ia berikan dan alasannya memberikan buku itu untuk saya . Buku itu berjudul Berani Mengubah karya Panji Pragiwaksono. Ia memberikan buku itu agar saya menjadi orang yang lebih kritis, karena saya sudah masuk jurusan sosiologi. Saya tidak boleh lagi malu bertanya dan harus lebih berani mengungkapkan apa yang menjadi pendapat saya, itu pesan dia.

Saya benar-benar merasa bersyukur karena Allah telah memberikan teman yang begitu baiknya untuk saya. Di balik segala ketidaksetujuannya terhadap pilihan saya, tenyata diam-diam ia mendorong saya agar dapat meraih impian saya.

Saat ini saya hanya bisa mendoakan, semoga Allah mempermudah jalannya agar bisa menjadi dokter gigi, juga anak yang selalu berbakti untuk ibunya yang sangat ia sayangi itu.

No comments:

Post a Comment